Beranda | Artikel
Penjelasan Hadits Al-Bara bin Azib tentang Kematian - Bagian ke-1 (Ustadz Arman Amri, Lc.)
Kamis, 23 Maret 2017

Bersama Pemateri :
Ustadz Arman Amri

Kajian disampaikan oleh: Ustadz Arman Amri, Lc.

Pada kajian kali ini, Ustadz Arman Amri akan menjelaskan tentang kisah dua keadaan hamba Allah saat menghadapi kematian, sekaligus sebagai renungan kematian. Kajian ini bertema “Penjelasan Hadits Al-Bara’ bin ‘Azib tentang Kematian (Bagian ke-1)“.

(Download juga kajian sebelumnya: Tasyabuh dengan Orang Kafir Menjadi Penghalang Istiqamah – Ustadz Arman Amri, Lc.)

Ringkasan Kajian: Penjelasan Hadits Al-Bara’ bin ‘Azib tentang Kematian (Bagian ke-1)

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, yang mana beliau berkata:

خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِي جِنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ، وَلَمَّا يُلْحَدْ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ، كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرَ، وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكُتُ فِي الْأَرْضِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَقَالَ: “اسْتَعِيذُوا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ مَرَّتَيْنِ، أَوْ ثَلَاثًا”.

ثُمَّ قَالَ: “إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ، نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ، كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ، مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ، وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ، حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ، اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ”.

قَالَ: “فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ، فَيَأْخُذُهَا، فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا، فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ، وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ، وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ”

قَالَ: “فَيَصْعَدُونَ بِهَا، فَلَا يَمُرُّونَ، يَعْنِي بِهَا، عَلَى مَلَإٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، إِلَّا قَالُوا: مَا هَذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ؟ فَيَقُولُونَ: فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ، بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِي الدُّنْيَا، حَتَّى يَنْتَهُوا بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَسْتَفْتِحُونَ لَهُ، فَيُفْتَحُ لَهُمْ فَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي تَلِيهَا، حَتَّى يُنْتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: اكْتُبُوا كِتَابَ عَبْدِي فِي عِلِّيِّينَ، وَأَعِيدُوهُ إِلَى الْأَرْضِ، فَإِنِّي مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ، وَفِيهَا أُعِيدُهُمْ، وَمِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى”.

قَالَ: “فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ، فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ، فَيُجْلِسَانِهِ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللهُ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: دِينِيَ الْإِسْلَامُ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَقُولَانِ لَهُ: وَمَا عِلْمُكَ؟ فَيَقُولُ: قَرَأْتُ كِتَابَ اللهِ، فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ، فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ: أَنْ صَدَقَ عَبْدِي، فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ”.

قَالَ: “فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا، وَطِيبِهَا، وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ”.

قَالَ: “وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ، حَسَنُ الثِّيَابِ، طَيِّبُ الرِّيحِ، فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ، فَيَقُولُ لَهُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ، فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ، فَيَقُولُ: رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي، وَمَالِي”.

“Kami pernah berangkat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengiring jenazahnya seseorang dari Kaum Anshor, dan sampailah kami di pemakaman sebelum kuburan selesai digali. Maka beliau pun duduk, dan kami duduk di sekeliling beliau (dengan sangat hikmat) hingga seakan-akan ada burung yg hinggap tenang di kepala kami, sedang tangan beliau membawa dahan yang beliau pukulkan ke tanah. Beliau kemudian menengadahkan kepalanya dan mengatakan: “Mintalah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur! (beliau mengucapkannya dua atau tiga kali).

Lalu beliau mengatakan lagi: “Sesungguhnya seorang hamba yg mukmin, bila telah meninggalkan dunia dan pergi menuju akhirat, maka turunlah rombongan malaikat dari langit dg wajah yg putih, seakan wajah mereka adalah matahari. Mereka membawa sebuah kafan dan parfum dari surga, hingga mereka semua duduk di sisinya (yang banyaknya) hingga sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut -alaihissalam- datang hingga duduk di sisi kepalanya dan mengatakan: “Wahai jiwa yang baik, keluarlah untuk menyambut ampunan dan keridhoan Allah…”

Lantas ruh itu pun mengalir keluar, seperti mengalirnya tetesan air dari mulut kirbat (wadah air dari kulit), lalu malaikat maut itu mengambilnya…

Ketika ia telah mengambilnya, para malaikat yang lain tidak membiarkannya tetap dalam tangannya meski hanya sekejap, mereka langsung mengambilnya dan meletakkannya dalam kafan dan parfum tersebut, sehingga ruh itu baunya seperti minyak wangi paling harum yang ada di muka bumi…

Malaikat tersebut lantas membawa naik ruh tersebut, hingga tidaklah mereka melewati sekawanan malaikat melainkan mereka bertanya-tanya: “Ruh siapakah yang wangi ini”?… Para malaikat (yang membawa ruh tersebut) menjawab: “Ini ruhnya si A anak si B, dan mereka menyebutnya dengan sebutan terbaik yang dipergunakan orang-orang ketika di dunia. (Begitu terus), hingga mereka sampai ke langit dunia, mereka meminta dibukakan, dan langsung dibukakan… Selanjutnya setiap penjaga langit tersebut, mengantarkan mereka hingga ke langit berikutnya, hingga sampai ke langit ke tujuh… Lantas Alloh azza wajall menitahkan: “Tulislah catatan hamba-ku di ‘illiyyin dan kembalikanlah ia ke bumi, karena daripadanyalah Aku ciptakan mereka, dan ke dalamnyalah aku kembalikan mereka, serta daripadanya aku akan bangkitkan mereka lagi.

Lantas roh itu dikembalikan lagi ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatangi dan mendudukkannya, lalu menanyakan: “Siapa Tuhan-mu?”. Ia menjawab: “Tuhan-ku Allah”.

Keduanya bertanya lagi: “Apa Agamamu?”. Ia menjawab: “Agamaku Islam”.

Keduanya bertanya lagi: “Siapakah lelaki yang diutus kepada kalian itu?”. Ia menjawab: “Dia adalah utusan Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam”.

Keduanya bertanya lagi: “Apa ilmu yang kau pelajari?”. Ia menjawab: “Aku membaca kitabulloh, aku mengimaninya, dan aku membenarkannya”.

Kemudian ada penyeru dari langit mengatakan: “Hambaku benar, maka hamparkanlah hamparan dari surga, pakaikanlah untuknya pakaian surga, dan bukakanlah baginya pintu menuju surga!”… Maka datanglah kepadanya angin sepoi-sepoi dan bau harumnya surga, diluaskan kuburannya sejauh mata memandang.

Lalu ia didatangi oleh laki-laki berwajah tampan, pakainya indah, dan wanginya semerbak… Laki-laki itu mengatakan kepadanya: “Bergembiralah dg kabar yang menggembirakanmu, inilah hari yg dijanjikan untukmu!”

Hamba itu bertanya: “Siapakah kamu? Wajahmu adalah wajah yang mendatangkan kebaikan”. Ia menjawab: “Aku adalah amal sholehmu”.

Hamba itu lalu mengatakan: “Wahai Tuhan-ku, segerakanlah kiamat, sehingga aku bisa kembali bersama kelurga dan hartaku!”.

Simak penjelasan selengkapnya pembahasan mengenai Renungan kematian ini di dalam rekaman kajian yang disampaikan oleh Ustadz Arman Amri, Lc. berikut ini. Semoga bermanfaat.

Download Kajian: Penjelasan Hadits Al-Bara’ bin ‘Azib tentang Kematian (Bagian ke-1)


Jangan lupa untuk turut menyebarkan link download kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, google+, atau yang lainnya. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal kebaikan.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/26191-penjelasan-hadits-al-bara-bin-azib-tentang-kematian-bagian-ke-1-ustadz-arman-amri-lc/